Lentera Hati
# 2
Wanita itu
lalu memulai hari pertamanya dengan memperkenalkan diri kepada kami semua. Dan
tentu saja aku tidak terlalu menghiraukannya ketika ia berbicara. Aku sama
sekali tidak peduli dengan wanita otoriter itu.
“perkenalkan
nama saya Ema Lusita. Kalian boleh memanggil saya Ibu ema. Saya adalah guru
pindahan dari SMA Karya. Saya bukan orang yang menerima alasan. Terutama dalam
hal kehadiran, jadi ketika menghadiri kelas saya kalian semua harus tepat
waktu. Saya juga wali kelas kalian. Ada pertanyaan?”
Semua siswa
menggeleng, aku kemudian mengangkat tangan ku
“kau lagi?”
tanya bu ema dengan wajah dinginnya
“saya hanya
ingin bertanya, kenapa tadi ibu lebih membela hayat dari pada saya. Padahal ibu
juga tau kan bahwa saya yang lebih dulu duduk ditempat itu” tanya ku dengan
tatapan tajam seakan ingin mengalahkan tatapan wanita itu
“saya hanya
membuat keputusan dengan cepat agar jam pelajaran kalian semua tidak habis
hanya untuk menyelesaikan pertengkaran kalian berdua”
“tapi kenapa
saya harus mengalah untuk anak angkuh itu?”
“karena itu
adalah keputusan saya. Didalam kelas saya, keputusan yang saya selalu benar. Jika keputusan saya salah
ingat kalimat sebelumnya. Mengerti?”
Mendengar
jawaban wanita itu, aku menghentikan tatapan ku. Lalu menghapus semua
pertanyaan yang sejak tadi muncul didalam benakku.
Hari itu saat istirahat pertama, aku segera menuju
kekantin sekolah. Rasanya aku ingin memakan semua orang yang sejak tadi
mengganggu ku, terutama anak sok kaya itu. Sesampai dikantin aku segera duduk
di sebelah Danar dan Tia yang sedang berdiskusi
“kamu masih
kesal dengan hayat ya ga?”ucap Tia yang langsung melempar pertanyaan padaku
ketika aku duduk didekatnya dengan wajah yang tidak karuan
“shttt...
jangan tanya, nanti malah kau yang kena”ucap Danar seakan bisa membaca
kemarahanku yang tak perlu ditanyakan lagi ini
“oke,
baiklah. Tapi menurutku bu Ema ada benarnya ga. Kau seharusnya tak perlu
bertengkar dengan hayat. Kau tau? Ternyata selain ayahnya yang kaya, ayahnya
juga merupakan pemilik sekolah ini”jelas tia panjang lebar tetapi aku tak
menghiraukannya
“sudahlah.
Jangan biacarakan bu Ema. Kalian tau? wanita itu sudah pernah mengajar
disembilan sekolah. Dan sekolah ini adalah sekolah ke sepuluh yang di ajarnya”
ucap danar sambil masih sibuk memainkan ponselnya
“benarkah?
Wah hebat sekali” ucap tia kagum
“jangan
kagum dulu. Kau tau kenapa wanita itu telah mengajar dibanyak sekolah? Itu
karena setiap kelas yang beliau pegang selalu mendapatkan nilai terendah.
Mungkin itu sebabnya beliau selalu di pindahkan “
“hmmm jika
itu benar, kita benar-benar dalam bahaya”ucap tia segera meminum minumannya
“kalau
begitu apa menurut kalian kita harus menerima wanita itu begitu saja sebagai
wali kelas kita?”tanya ku
“apa maksud
pertanyaanmu itu? Apa kau ingin bu Ema pindah lagi kesekolah lain?”tanya tia
padaku
“tentu
saja.yang benar saja, Masa sekolah menjadikan kelas kita sebagai percobaan
untuk wanita itu. Bagaiamana jika kelas kita juga mengalami hal yang sama?”
“kau benar
ega, tetapi menurutku kita tetap harus memberi kesempatan pada bu Ema. Kita
coba ikuti saja ritme belajar yang beliau berikan”ucap danar padaku
“baiklah...
terserah kalian. Tetapi yang pasti wanita itu sudah pernah membuatku sangat
tidak menyukainya” ucap ku kesal lalu segera menuju ke kelas tetapi tiba-tiba
hayat yang sedang membawa banyak minuman menabrakku
“arghhhh,
matamu dimana hah?” ucap ku kesal
“matamu yang
dimana? Kau duluan yang menabrakku tadi. Sekarang baju ku kotor. Kau harus
minta maaf padaku”
“minta maaf?
Yang benar saja. Kalau begitu anggap saja kita impas sekarang”
“mudah
sekali kau bicara seperti itu” ucap hayat kemudian hendak memukul ku, tapi
dengan samar-samar ku lihat seseorang menahan tangan hayat
“apa yang
kau lakukan? Apa kau akan memukul seorang wanita?”ucap bu ema. Ternyata yang
menahan tangan hayat adalah bu ema
Mendengar ucapan
bu ema, hayat hanya diam. Sedangkan bu ema menggeleng.” Besok, suruh orang tua
mu untuk menemui saya” ucap bu ema pada hayat lalu pergi
Hayat terdiam
sejenak, lalu menatapku dengan tatapan kesal kemudian pergi. Aku terdiam
sejenak, jujur aku sedikit takut dengan tatapan hayat barusan. Aku lalu sadar
dari lamunanku lalu segera mengejar bu ema
“bu ema
tunggu!”ucap ku sambil berlari menuju kearah bu ema yang terlihat menungguku
“ada apa?”
“aku hanya
ingin mengucapkan terima kasih, karena... karena ibu sudah membela ku tadi”ucapku
sambil tersenyum
Bu ema diam,
ia tidak mengatakan apapun. Ia hanya menatapku sejenak lalu pergi. Melihat bu
ema, aku sedikit sedih tapi mungkin bu ema memang orang yang seperti itu. Aku lalu memutuskan
untuk kembali kekelas.
Keesokan harinya,
seperti biasa aku datang pagi-pagi sekali karena hari ini aku harus piket. Saat
masuk kekelas aku melihat hayat yang sedang tertidur di mejanya sambil memegang
ponselnya. Karena penasaran aku pun mendekatinya. Terlihat dari wajahnya ia
seperti orang yang kurang tidur. Aku lalu mengalihkan fokusku ke arah ponselnya
yang terlihat masih menyala. Ponsel hayat menunjukkan pesan yang sudah ia tulis
dan belum sempat ia kirim. Pesan itu adalah : “ma, hari ini wali kelas menyuruh
mama datang kesekolah”
Aku melihat
pesan itu sejenak lalu melamun, tak lama kemudian hayat terbangun lalu
menatapku dengan tatapan bingung
“mau apa kau
datang sepagi ini?”tanya hayat padaku saat ia bangun
“seharusnya
aku yang bertanya seperti itu padamu”balasku dengan nada tidak woles
Hayat hanya
diam, tidak seperti kemarin.hari ini hayat sama sekali tidak membalasku. Ia hanya
diam dengan wajah datar dan hendak melanjutkan tidurnya
“kau kenapa?
Sedang putus dengan pacarmu yah?”tanya ku kepo
Hayat hanya
menggeleng. Aku sama sekali tidak suka dengan hayat yang seperti ini. Aku lalu kemblai fokus pada tujuan ku utk datang lebih awal kesekolah. Sesekali
aku melihat hayat yang memainkan ponselnya. Begitu juga dengan hayat. Tapi ketika
ia melihatku, ia segera memalingkan wajahnya.
Akhirnya tak
lama kemudian, jam pelajaran pertama pun dimulai. Saat itu, bu ema tidak hadir
dan hanya memberikan tugas. Danar bilang, bu ema tidak bisa hadir karena bu ema
harus bertemu dengan orang tua hayat. Mendengar ucapan danar hayat pun semakin
murung. Terlihat Hayat sama sekali tidak
mengerjakan tugas yang di berikan oleh bu ema. Ia hanya terus memandangi ke
arah luar. Dan tiba-tiba saja ia keluar dari kelas, bahkan tanpa izin terlebih
dahulu kepada danar. Danar pun hendak mengejar hayat tapi aku cegah
“ada apa
ega? Aku harus mengejar hayat sekarang”ucap danar dengan nada terburu-buru
“sebentar,
biar aku yang mengejarnya ok!”aku lalu bergegas mengejar hayat tanpa menunggu
danar mengiyakan tawaran ku
Aku terus
mengikuti hayat sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang wanita di parkiran. “Apakah
itu ibunya hayat?” Pikiran itu tiba-tiba saja muncul didalam benakku. Tapi terlihat,
wanita itu tidak menghiraukan hayat. Bahkan ketika hayat tersenyum kearah
wanita, wanita itu sama sekali tidak membalasnya. Sejenak, aku merasa kasihan
pada hayat. Tak lama setelah itu, tiba-tiba hayat melihat kearah ku. Aku tersenyum
kepadanya. Tapi hayat hanya menatapku dengan tatapan tajam, seakan ingin
mengatakan “ AKU TIDAK PERLU DI KASIHANI”
Bersambung