Sabtu, 19 Maret 2016

CERPEN

TERPUKAU
Hari ini seperti biasa aku masih mengurusi film dokumenter untuk acara perpisahan di kampus. Bagiku, ini bukan hanya sekedar film dokumenter berdurasi 1 jam untuk acara pepisahan kampus. Tapi lebih dari itu, film ini adalah kenangan bagiku tentang teman-temanku dan seseorang yang telah lama ku kagumi di kampus ku ini. Terkadang, aku bertanya pada hatiku. Mengapa harus dia? Mengapa aku harus terpukau padanya selama 4 tahun belakangan ini. Dia bukan orang yang ramah padaku. Dia juga tidak terkenal baik di kalangan teman-temanku. Tapi entahlah, terkadang ada hal di dunia ini yang sulit untuk di jelaskan. Aku pun kembali fokus pada layar laptopku. Tapi ketika aku sedang fokus tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu kamarku
“tia, apa kamu sedang sibuk?”
“tidak bu. Ini juga hampir selesai. Ada apa ya bu?”
“ada tamu untukmu dibawah”
“tamu? Siapa?”
“Danar anaknya tante wafi”
“danar?”
Jujur aku sangat bingung, untuk apa dia datang menemuiku?. Aku memang satu kampus dengannya. Tapi kami berbeda jurusan. Jadi, tanpa banyak pikir aku pun segera menemuinya
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam. Ti..tia”
“iya, ada apa dan?”
“i.. i..itu anu...”
“iya ada apa?”
“ibu mengundangmu ke acara pengajian malam ini”
“oh itu. Aku sudah tau dari ibu mu tadi sore”
“oh benarkah? Ibu ini bikin malu saja”
“dasar anak durhaka, jangan suka menyalahkan ibu mu”
“kau ini selalu saja membela ibu ku. O iya bagaimana dengan dia?”
“siapa?” tanya ku tidak mengerti dengan ucapan danar
“anak bandel itu”
“oh itu, dia baik-baik saja”
“lalu perasaanmu?”
“aku baik selama dia masih berada disekitarku”
“benarkah? Walaupun dia sudah punya pacar sekali pun?”
“(melempar bantal kursi kearah danar) Kau ini membuatku kesal saja”
“iya maaf-maaf habisnya kau sendiri aneh. Sekalinya suka sama orang, eh ternyata dia playboy”
“(melempar danar lagi) lu mendingan pulang deh”
“ya elah. Sewot mulu nih anak. Ya udah aku pulang ya. Assalamualaikum”
“waalaikumsalam” menjawab salam danar dengan ketus
Tak lama kemudian, ibu dari arah pintu masuk mendatangiku sambil membawa sesuatu
“ini(memberikan semua boneka berukuran kecil). Danar menitipkan ini pada ibu sebelum dia pulang tadi”
“benarkah? Tapi dia tidak mengatakan apa pun padaku”
“sudahlah terima saja. Rezeki anak soleha”
“dasar ibu. Tapi bener juga sih”
Aku pun segera menuju ke kamarku untuk menyelesaikan filmku. Tak lupa aku pun menaruh boneka pemberian danar di lemari khusus bonekaku. Aku baru sadar, bahwa 1 tahun belakangan ini di setiap bulannya danar selalu menitipkan boneka ini melalui ibuku. Aku pun  menaruh boneka ke 12 ku ini di lemari itu
“aku bingung pada sikap danar ini. Pokoknya besok aku harus menemuinya untuk menanyakan hal ini” tekad ku dalam hati lalu segera melanjutkan tugasku
***
Hari ini aku sengaja masuk kelas lebih awal supaya bisa lebih banyak mengambil video untuk film dokumenterku. Hari ini aku juga bertemu dengannya, seseorang yang selalu membuatku terpukau saat di dekatnya
“lu bikin tugas lagi?”tanyaku padanya yang masih sibuk membuat tugas
“iya, semalam gue jalan sama cewek gue jadi gak sempet bikin tugas”
“alah lu mah emang males kali rid”  ucapku sambil mengarahkan kamera ku kearahnya
“jangan rekam, gue malu kali”
“haha dasar. Lihat ini ”ucapku sambil menunjukkan kamera ku padanya
“wah sial ! jangan-jangan lu suka ya sama gue. Foto gue semua tuh “
“ngomong apaan sih lu. Udah punya cewek juga”ucapku sambil fokus ke kamera ku
“tapi gue mau kok sama lu, kalo lu suka sama gue” ucap farid mendekat ke arahku. Kini ia sudah berada di hadapanku. Aku sangat bingung harus melakukan apa. aku pun hanya bisa tertunduk
“lu suka sama gue kan?”tanyanya lagi. Tapi kali ini aku hanya diam
Tapi tiba-tiba saja Danar datang
“ehemm. Assamualaikum”
“waalaikumsalam”jawabku sedangkan farid hanya diam
“ada apa dan?”
“aku mau bicara sebentar”
“oh ok” ucapku segera keluar meninggalkan farid
Danar lalu membawaku ke taman kampus. Ia pun segera merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak makan
“ini dari ibu”
“ibu siapa?”
“yah ibu ku lah. Tadi pagi aku menjemputmu untuk naik sepeda bersama ke kampus. Tapi ibumu bilang kau sudah pergi pagi-pagi sekali. kau pun bahkan tidak sarapan. Jadi aku membawakan ini untukmu”
“(menoyor kepala danar) dasar nakal ! kau ini merepotkan ibu mu saja”ucapku segera menerima kotak makan dari danar dan memakannya”wah enaknya masakan ibu mu ini”
“jelas, dia ibuku. O iya, tadi aku lihat kau dan farid...”
“jangan marahi farid ya dan, dia hanya bercanda tadi”
“tidak. Aku tidak akan memarahinya. Tapi jika dia kurang ajar lagi padamu. Aku akan memukulnya” ucap danar dengan serius
Melihat danar  yang sangat serius,aku pun hanya tertawa
“kenapa kau tertawa?”tanyanya padaku
“kau ini serius sekali”jawabku setengah tertawa
“benarkah? Hmmm mungkin aku hanya takut”
“takut? Takut kenapa?”
“takut jika cinta akan melemahkan mu”
Mendengar ucapan danar, aku terdiam sejenak. Aku sadar bahwa danar sangat mengkhawatirkanku. Sejak kami SMA danar memang selalu seperti ini pada ku. Aku awalnya menyikapi kekhawatiran Danar ini dengan santai saja. Sampai ketika aku dan Danar harus menyelesaikan masalah kesiswaan hari ini. Aku baru mengerti maksud danar
“assamualaikum” ucapku sambil masuk keruang kepala universitas
“waalaikumsalam. Silahkan masuk tia”ucap kepala universitas padaku
“maaf saya terlambat pak”ucap ku yang baru saja datang dan belum mengetahui jelas permasalahan yang terjadi. Tapi ketika aku tiba disana danar, farid dan seorang gadis sudah tiba di sana. Aku sedikit bingung karena terlihat gadis itu sedang menangis. Aku lalu menatap kearah danar
“ya, tolong tangani gadis itu”ucap danar tegas
Aku yang belum mengerti masalah yang terjadi hanya bisa mengiyakan permintaan danar. Aku bingung harus membawa gadis itu kemana. Aku lalu memutuskan untuk membawanya ketaman
“duduklah” ucapku sambil menopang tubuhnya yang lemas
“kau sepertinya membuat masalah yang sangat serius. Aku tidak pernah melihat danar semarah tadi” ucapku membuka keheningan
“a...aku yang salah kak” ucapnya sambil menahan tangis”aku pasti tidak akan di izinkan kuliah lagi kak”
“sekarang jelaskan apa yang terjadi? Ada masalah apa antara dirimu dan farid?”
Gadis itu lalu menjelaskan semuanya padaku. Ternyata gadis itu adalah pacarnya farid, mereka baru jadian kemarin. Dan apa yang di lakukan oleh farid padanya, aku benar-benar kecewa pada sikap farid. Aku lalu mengantar gadis itu pulang untuk membantunya menjelaskan semua masalah yang terjadi pada orang tuanya. Setelah masalahnya selesai aku lalu segera kembali kampus. Aku harus segera menemukan danar dan farid sekarang. Jika tidak, aku khawatir danar akan menghabisi farid. Aku pun berhasil menemukan mereka di lapangan basket dan benar. Saat itu, danar memang sedang memukuli farid
“danar berhenti” ucapku sambil menahan danar untuk terus memukuli farid
“jangan hentikan aku tia. Dia benar-benar sudah keterlaluan kali ini. Kau tau, aku selama ini sudah cukup baik padanya. Saat dia membolos dari kampus aku membujuk dosen untuk memberinya sanksi ringan begitu juga saat ia ketahuan merokok saat kelas berlangsung. Kau pun melakukan hal yang sama untuknya. Tapi kali ini... aku benar-benar harus memukulnya”
“danar hentikan ! ku mohon, memukulnya hanya akan menyakitinya bukan memperbaiki sikapnya” jelasku pada danar
Danar lalu menghentikan pukulannya dan melepaskan kerah baju farid. Melihat danar, farid hanya tersenyum menang. Aku lalu mendekat ke arah farid. Melihatku, dia tersenyum dan hendak mengucapkan sesuatu
“tutup mulut mu”ucapku keras pada farid”laki-laki sepertimu benar-benar keterlaluan. Apa menurutmu memeluk seorang gadis dalam suasana kelas kosong itu sebuah hal yang biasa? Sebenarnya kau sedang membuktikan apa hah? Terlebih lagi dia juniormu dan baru menjadi pacarmu selama satu hari”
“maksud lu apa? lu nyeramahin gue?”
“bukan. Ini bukan ceramah. Ini ungkapan kekecewaan rid”
“alah sok baik lu. Bilang aja lu suka sama gue kan. Bilang aja kalo sebenarnya lu cemburu sama pacar gue”
Mendengar ucapan farid. Aku hanya tertunduk. Dengan penuh kemarahan aku lalu menamparnya
“itu untuk semua gadis yang pernah kau sakiti rid. Kau tau? Kau tidak akan pernah mengerti betapa sakitnya menjadi mereka farid. Kau tidak akan mengerti” ucapku lalu meninggalkan mereka berdua. Jujur aku benar-benar tidak bisa menahan air mataku untuk beberapa saat. Aku sangat kecewa pada sikap farid. Aku menyukainya, dan aku baru tau jika laki-laki yang ku sukai hanya seorang pengecut yang hoby mempermainkan perasaan wanita
***
3 hari berlalu sejak kejadian itu dan sudah 3 hari pula aku tidak pergi kekampus. Danar pun setiap pagi selalu menemuiku dan membawakan makanan kesukaanku. Begitupun dengan hari ini, dia bahkan membawakan semua catatan milik teman-temanku untuk ku
“kau ini, selalu saja membuatku menderita” ucap danar padaku pagi ini
“aku tidak memaksamu melakukan semua ini untukku”
“dasar kepedean. Aku melakukan ini bukan untukmu. Aku melakukan semua itu untuk ibuku, kau tau? Setiap hari ibu mu selalu menangisimu di depan ibuku. Dan apa akhirnya, ibuku juga sedih kan. Melihat ibuku sedih, aku juga merasa sedih”
Mendengar ucapan danar, aku benar-benar  menyesal. Aku pun berniat mencari ibuku untuk meminta maaf
“hey, mau kemana kau?”
“aku ingin menemui ibuku”
“sungguh?”
“tentu saja”
“kalau begitu ikut aku”
Danar lalu membawaku kerumahnya, entah apa yang ingin ia lakukan dengan membawaku kerumahnya tapi ketika kami tiba disana terlihat ibunya dan ibuku yang sedang menangis tersedu-sedu
“lihat! Itu semua karena sikap mu” ucap danar sambil menunjuk kearah kedua wanita itu
Mendengar ucapan danar aku pun hanya tertunduk menyesal. Aku lalu segera berlari kearah ibuku lalu berlutut di hadapannya
“ibuuuu... maafkan anakmu ini ya, aku selalu membuat ibu menangis beberapa hari ini. Tapi mulai hari ini aku janji, aku gak akan anak nangis karena cowok lagi dan mulai hari ini aku akan berangkat ke kampus lagi”
Mendengar ucapanku, terlihat  wajah kedua  wanita itu sangat bingung, aku lalu menatap kearah mata mereka  terfokus dan TERNYATA mereka bukan menangis karena aku, tetapi karena mereka sedang fokus menonton SINETRON . aku lalu segera melihat ke arah danar. Ternyata benar, anak itu sudah hilang entah kemana. Dasar penipu, dia benar-benar menyebalkan
***
Waktu terus berlalu, hari perpisahan kampus pun hampir tiba. Hari-hari terakhir di kampus ini pun berjalan sangat hampa bagiku. Kekecewaanku pada orang yang ku sukai membuatku cepat-cepat ingin melanjutkan S2 ku di luar negeri. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai mengetahui tentang perasaanku. Bahwa di dalam hidup rasa cinta saja tidak cukup dan wajah saja tidak bisa menjadi patokan untuk terpukau pada seseorang karena yang paling penting saat menjalani hidup adalah bagaimana kita menjalaninya dan  Bagaimana kita mengambil pelajaran di dalam hidup ini. Kejadian itu lalu menyadarkan aku  jika rasa cinta bisa melemahkan seseorang apabila terlalu terbuai akan cinta itu. Disisi lain, rasa cinta bisa mendorong semangat seseorang untuk menggapai sesuatu. Yah, ku sadari itu dari danar. Aku bangga pada danar. Dia benar-benar sahabat  yang sangat membanggakan, tidak sepertiku yang terlalu fokus pada orang yang ku sukai, dia selama ini tetap fokus pada kuliahnya sampai ia berhasil memperoleh beasiswa penuh di luar negeri. Tapi aku masih sangat penasaran pada gadis yang di ceritakan oleh Danar pada waktu itu. Ku pikir gadis itu benar-benar beruntung.
***
Hari ini adalah hari perpisahan kampus, saat itu aku benar-benar sangat bosan. Jadi setelah acara pemutaran film dokumenter aku langsung menuju ke kelas Danar. Tapi ketika aku pergi ke kelasnya, Danar tidak ada disana. Aku terus mencarinya sampai akhirnya aku bertemu dengan farid
“assalamualaikum”ucapnya padaku
“wa..walaikumsalam”
“gue mau sholat dzuhur, lu mau ikut?”
“oh.. oke”
Kami lalu sholat dzuhur di musholah kampus. Setelah sholat aku sebenarnya ingin segera menemui danar tapi ketika aku hendak pergi tiba-tiba saja
“tunggu... gue mau tanya sesuatu”tanya farid ketika aku hendak pergi
“soal lu suka sama gue itu, apa lu serius?”lanjutnya
Aku lalu menatap tajam ke arah farid “ 4 tahun gue suka sama lu. Terserah lu mau nganggep itu permainan atau apalah, tapi yang pasti itu kenyataannya”
Mendengar ucapanku, farid hanya tersenyum tipis
“terima kasih ya, karna lu gue sadar satu hal. Gue sadar bahwa dengan menyatkiti pacar-pacar gue gak akan bikin bunda gue merhatiin gue atau bangga sama gue itu semua cuma bikin dia kecewa dan sakit. Dan sejak kejadian itu gue tau semuanya, gue tau alasan kenapa bunda gak pernah merhatiin gue selama ini. Ternyata semua itu bunda lakukan karena bunda terlalu sibuk sama kewajibannya. Dia sibuk buat memenuhi semua kebutuhan gue selama ini. Dia sibuk cari uang untuk memenuhi kebutuhan putranya yang hobi foya-foya ini”
“jadi lu kaya gini itu karena lu minta perhatiin sama bunda lu?”tanyaku pada farid
Farid pun hanya mengangguk pelan dengan wajah bersalah
“(menoyor kepala farid) dasar anak durhaka. Bikin orang tua khawatir aja sama sikap lu” ucapku sambil setengah tertawa
“ya elah, yang penting itu gue udah nyesel sekarang. O iya gue punya sesuatu buat lu”
“hah apa?”
“(memberi bunga sambil berlutut di hadapan tia) tia, gue suka sama lu. Sejak lu nampar gue dulu gue sadar kalo gue suka sama lu, karena menurut buku yang pernah gue baca seseorang yang sangat menyayangimu akan berusaha untuk mengajarkan kebaikan padamu walaupun kau terus memarahinya. Sejak kejadian itu gue udah mulai hijrah ya, gue juga udah mulai belajar sholat 5 waktu dan belajar ngaji, gue juga berhenti ngerokok . Semua itu gue lakuin buat ngeyakinin elu”
“apa? serius?”
“lu pake nanya lagi -__-“
“lu kan mantan playboy. Masa gue gak boleh nanya sih?”
“ya udah iya. Jadi jawaban lu?”
“jujur, gue suka lu. 4 tahun gue suka sama lu dengan alasan apa itu, gue juga gak tau. Tapi sejak kejadian itu, gue sadar kalo cinta aja gak cukup. Lu juga perlu punya alasan untuk jatuh cinta agar ketika rasa cinta lu hilang, lu punya alasan untuk gak ninggalin dia”
“jadi maksud lu?”
“gue pengen lanjut S2 gue rid, gue juga pengen taat sama agama gue. Gue gak mau pacaran. Jadi intinya, gue gak bisa maaf yah. Gue mau cari danar dulu. assalamualaikum” hendak pergi tapi tiba-tiba farid menahanku
“lu tau ya? Alasan lu sebenernya bukan karena lu belum siap terima gue. Tapi emang karena gue gak ada di hati lu. Sekarang hati lu udah punya danar ya. waalaikumsalam”
Mendengar ucapan farid aku hanya diam,aku lalu melanjutkan tujuan awal ku untuk mencari danar. Tapi tiba-tiba saja farid mengirim sms padaku “DANAR TADI LIAT KITA BERDUA DI MUSHOLAH, KALO LU EMANG PILIH DANAR GUE IKHLAS KOK. SEKEDAR INFO KALO LU BELUM TAU HARI INI DANAR BAKAL BERANGKAT KE LUAR NEGERI BUAT AMBIL BEASISWA PENUHNYA. GUE TAU INI KARENA KEMARIN DANAR MINTA GUE UNTUK JAGAIAN LU. TAPI KARENA LU NOLAK GUE. MUDAH-MUDAHAN KALIAN BAHAGIA YA”
Setelah membaca sms farid, aku lalu segera mencari Danar kerumahnya. Tapi ketika aku hendak naik taksi kerumah danar. Aku tiba-tiba saja fokus pada boneka berwarna merah muda di dekat lokasi kecelakaan di dekat kampus. Ku lihat boneka itu sama seperti boneka yang sering danar berikan padaku. Aku lalu mengurungkan niatku untuk kerumah danar dan segera memungut boneka itu. Aku yakin boneka itu milik danar. Aku lalu segera masuk ke kerumunan itu. Dan ternyata benar, orang yang mengalami kecelakaan itu adalah danar. Aku benar-benar tidak bisa menahan kesedihan ku,aku pun terus memeluk boneka ke 15 itu dengan sangat erat ketika dalam perjalanan mengantar danar kerumah sakit dan tiba-tiba saja terdengar sesuatu dari boneka itu” TIA WOULD YOU MARRY ME?”
DEG!!! Jadi, danar... danar...
***
Mungkin benar jika waktu tak kan pernah kembali. Dan penyesalan adalah kata yang tepat untuk akhir dari sadar yang terlambat. Manusia memang tak pernah sadar apa yang sudah ia miliki. Dulu, aku selalu berfikir bahwa aku manusia paling kesepian disini, tapi saat tau perasaan danar. Dia berada pada kondisi lebih sulit dari yang ku jalani. Entah, dimana aku selama ini. Sampai aku baru tau jika orang yang ku cari selama ini ada di hadapanku, tapi semuanya telah terlambat. Saat aku sadar bahwa dia adalah orang yang kucari, dia malah pergi.
Pagi itu, setelah pemakaman danar. Aku lalu membantu tante wafi untuk mengemasi kamar danar. Masuk ke kamar danar benar-benar membuatku terperangah. Kamar itu benar-benar rapi , danar bahkan punya future board dikamarnya, dan impiannya benar-banar pasti. Menjadi seorang dokter. Sejenak ku tatap tante wafi  yang benar-benar sangat kehilangan putra semata wayangnya. Aku pun hendak menghiburnya dengan kata-kata yang entah kudapat dari mana
“bu jangan sedih ya, aku juga akan seperti danar kok menjadi seorang dokter. Aku ingin mmebuat ibu dan ibuku bangga seperti danar membuat kalian bangga. Ibu mau kan mendukung ku”ucapku pada tante wafi yang terus memandangi foto danar
Mendengar ucapan ku, tante wafi langsung memelukku “kau tau, danar selalu bercerita tentangmu setiap hari. Bahkan setiap bulan dia selalu meninta ibu untuk membuat boneka untukmu”
Mendengar ucapan tante wafi, aku tiba-tiba saja teringat sesuatu
“ o iya bu. Aku pulang dulu ya. Assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Sesampaiku dirumah, aku pun langsung menuju ke kamarku. Aku langsung menyusun boneka pemberian danar satu persatu. Aku lalu memeluk boneka-boneka itu dengan erat agar ia bersuara
Boneka 1: assalamualaikum tia
Boneka 2: aku memang belum beruntung untuk menjatuhkan hatimu
Boneka 3: aku masih belum beruntung, tapi tinggi harapanku tuk hidup berdua dengan mu
Boneka 4: aku merasa akan sempurna denganmu
Boneka 5: . Jika Tuhan memberiku waktu, aku ingin habiskan sisa umurku denganmu
Boneka 6: kau tau, aku meminta kepada Tuhan agar Tuhan menjadikanmu sebagai jodohku, karena bagiku hanya kau yang membuatku terpukau
Boneka 7: aku sungguh sangat bermimpi untuk mendampingi hatimu.
Boneka 8:  Ku masih terus bermimpi . Sangat besar harapanku tuk hidup berdua denganmu
Boneka 9: karena denganmu ku merasa sempurna
Boneka 10: karena denganmu ku ingin habiskan sisa umurku
Boneka 11: dan karena mu aku meminta kepada tuhan jodohku
Boneka 12: karena hanya dirimu...
Boneka 13: karena hanya dirimu...
Boneka 14: hanya kau yang membuatku terpukau
Boneka 15: TIA WOULD YOU MARRY ME?
Aku terdiam mendengar rekaman suara Danar dari boneka itu. Akhirnya aku sadar tentang segalanya bahwa hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan, bahwa terkadang hidup perlu berjalan apa adanya ,bahwa sesuatu yang nyata tak selalu indah. Dan karena semua hal yang terjadi, aku tiba-tiba memiliki semangat hidupku, yah aku akan mewujudkan impian-impian yang sempat terkubur dalam pada orang itu. Satu hal yang menjadi harapanku untuknya adalah agar ia tak pernah menyesal menyukaiku

selesai

Sabtu, 12 Maret 2016



DETIK-DETIK WAFATNYA RASULULLAH YANG MEMBUAT UMAT MUSLIM MENITIKKAN AIR MATA

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.

"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah? " tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini? " tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?"

Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku". Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wasalim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.


Semoga renungan ini bermanfaat..