MENCINTAI KARENA ALLAH
Petang mulai menampakkan cahaya kemerahannya kala itu. Terlihat
disebuah menara tua yang sangat tinggi seorang laki-laki tengah berdiri di tepi
menara dan bersiap untuk terjun. Sayup-sayup dari atas menara, laki-laki itu
mendengar orang-orang di bawah sana yang memintanya untuk turun. Tapi kali ini
laki-laki itu benar-benar tidak akan turun dari menara itu sampai seseorang
yang kini berbicara dengannya ditelpon datang dan meminta agar ia turun
“aku serius wil, kalau kamu gak dateng dan tetap berniat
melanjutkan pertunangan kamu dengan laki-laki itu aku akan terjun dari menara
ini sekarang juga!!”
“tapi aku gak bisa.
Papa punya hutang sama papanya Benny. Jadi aku harus bertunangan dengan Benny
jika mau papa terbebas dari hutang-hutangnya”
“tapi wil...”
“maaf fal...”
Lalu terdengar suara telpon terputus oleh si empunya suara
diseberang sana. DEGG! “WILDA...”laki-laki itu berteriak dengan frustasinya.
Kepalanya tiba-tiba saja pusing dan padangannya tampak buram. Laki-laki itu pun
hampir kehilangan keseimbangannya dan hampir jatuh dari menara itu. Tapi
tiba-tiba.... TAP!!!
Tampak dua orang laki-laki yang berbadan cukup gagah
memegangi tangan laki-laki itu hingga ia tampak masih bergelantungan diatas
menara dan beberapa saat kemudian mereka pun berhasil menyelamatkan laki-laki
yang hampir jatuh tadi. samar-samar laki-laki itu melihat orang-orang yang telah
menyelamatkannya.
“wi coba lu periksa denyut nadinya, masih hidup gak nih
orang” perintah salah seorang pria pada satu-satunya wanita diantara mereka.
Wanita itu pun segera melakukan perintah dari laki-laki tadi
“gimana?”tanya laki-laki itu lagi
“denyut nadinya lemah bang! . kayaknya kita harus segera
bawa dia kerumah sakit deh”
“lah lu kan dokter wi” ucap laki-laki yang lain
“lu setres ya bang. Gue kan dokter kandungan yang bener aja
lu. Udah cepetan keburu nih orang lewat”
“iya-iya bawel. Ayo gen buruan! nanti keburu adik kita ini
ngomel-ngomel gak jelas”
Kedua laki-laki itu lalu segera membawa si laki-laki yang
tengah pingsan tadi kerumah sakit
***
“ ini. Isi formulir administrasinya dulu” ucap seorang
laki-laki dengan jas dokter seraya duduk di sebelah wiwi
“hmmm...namanya siapa ya...” ucap wiwi sambil melihat
kelangit-langit rumah sakit berharap nama laki-laki itu tertulis di langit-langit
yang di lihatnya
“lagian kamu sok-sok an nolongin orang yang gak di kenal.
Kan kamu gak tau tuh cowok orang baik atau orang jahat. Nanti kalau kamu
kenapa-kenapa gimana?”
“dihh! Lebay lu! Kan ada abang-abang gue. Gak usah
berlebihan kayak gitu kali rid”
“ehemm... assalamualaikum” ucap regen yang tiba-tiba saja
datang dan membuat farid mati gaya
“waalaikumsalam” jawab wiwi sedangkan farid hanya diam
“eh dokter! Jawab kali salam gue” sindir regen pada farid
yang masih terdiam
“wa...waalaikumsalam bang”
“ya udah sana! jangan
deket-deket adek gue!” ucap regen seraya duduk ditengah mereka memisahkan wiwi
dan farid yang semulanya duduk bersebelahan
“dihh!!! Abang!! Sempit tau gak!” teriak wiwi kesal pada
regen karena berusaha duduk diantara farid dan dirinya
“lagian siapa suruh kalian berduaan! Bukan mukhrim tau gak?”
“iya-iya bawel banget sih! Terus abang ngapain sih kesini?” tanya wiwi masih dengan
nada kesal
“nih” seraya memberikan sebuah tas pada wiwi” itu punya
Ahmad Naufal. Nanti kalo dia udah sadar langsung lu kasih aja ya. Gue ada
urusan nih. Nanti lu gue jemput lagi disini”
“Ahmad Naufal? Ahmad maksudnya? Lu kenal ya bang?”
“nggak gue liat di ktpnya yang ada di dalem tasnya tadi. Ya
udah gue jalan dulu ya. Assalamualaikum”
“waalaikumsalam” jawab wiwi dan farid
Setelah Regen pergi, Farid lalu segera duduk lagi di dekat
wiwi. Tapi kemudian, wiwi malah beranjak masuk keruang rawat laki-laki tadi
“wi mau kemana?” tanya regen
“mau liat tuh orang. Kayaknya udah sadar”
“njirr tau gini gue kasih obat bius yang banyak tuh orang”
ucap farid pelan lalu segera mengikuti wiwi
Wiwi dan farid lalu segera masuk ke ruangan orang itu dan
ternyata benar orang itu sekarang sudah sadar. Orang itu pun terlihat sangat
bingung pada tempat ia berada saat ini
“saya dimana? Kalian berdua siapa?” tanya laki-laki itu pada
wiwi dan farid
“lu dirumah sakit. Kemarin sore lu mau terjun dari menara
jadi kita...”
Namun ketika wiwi hendak menjelaskan tiba-tiba saja
laki-laki itu histeris dan berteriak-teriak nama seseorang “WILDA”. Dengan
sigap farid lalu menyuntikkan obat bius pada laki- laki itu agar ia sedikit
tenang. Setelah itu, mereka kembali meninggalkan ruang rawatnya
“sepertinya dia depresi” ucap wiwi sambil merogoh-rogoh tas
milik laki-laki itu
“kamu dokter kandungan wi jangan sok tau deh”
“yeh meremehkan. Kalo Cuma depresi sih gue tau kali”
“bukan gitu. Aku Cuma gak mau kamu terus-terusan ngurusin
laki-laki itu. laki-laki itu kan bukan siapa-siapa kamu”
“lu ini gimana sih rid? Kita kan dokter. Dokter gak boleh
nolong pasiennya setengah-setengah”
“tapi ini bukan bidang kamu wi. Ini bidang aku”
“oke! Lu mungkin bener tapi gue Cuma bingung aja. Gue liat
di tas nya ada Al-quran, kalo dia rajin baca Al-quran kok bisa-bisanya dia
berfikiran untuk bunuh diri. Kan aneh! Emang dia gak takut neraka apa?”
“makanya jangan suka nilai orang sembarang! Dia bawa
Al-quran belum tentu dibaca kali wi”
“iya juga sih hehe” wiwi tersenyum kecut lalu segera merogoh
ponselnya untuk melihat jam” alamak!!! Udah jam segini? Kok bang regen gak
jemput-jemput sih”
“ ya udah aku anter ya?”
“nggak! Kita bukan mukhrim. Gue gak mau jalan sama yang
bukan mukhrim malem-malem gini. Gue minta jemput bang Danar aja” ucap wiwi
hendak menelpon Danar, tapi kemudian Danar datang sambil membawa sekotak
martabak keju kesukaan wiwi
“assalamualaikum” ucap Danar ramah
“waalaikumsalam” jawab wiwi dan Farid
“udah lama ya dek!” tanya Danar sambil duduk di sebelah wiwi
yang tengah makyun
“iya! Hampir lumutan gue nungguin abang disini!”
“iya-iya maaf. gue tau gue salah! Makanya gue beliin lu
martabak keju ini hehe mau kan?”
“iya deh gak papa. Ya udah rid gue balik dulu ya.
Assalamualaikum”
“pulang dulu rid, assalamualaikum” ucap Danar seraya berlalu
bersama dengan wiwi
“waalaikumsalam” jawab farid pelan “aku suka kamu wi, tapi
kamu tidak pernah membuka hati kamu untuk ku. Lagi pula, aku juga taku sama
bang Regen... hadeh galak banget tuh orang” ucap farid sambil geleng-geleng
***
“farid suka sama lu kan?” tanya Danar pada adiknya yang
terlihat tengah melamun kan seseuatu
“entahlah! Jangan suka mengira-mengira bang! Gue males!”
“iya deh iya. Tapi gue liat lu keliatan lagi mikirin sesuatu
ya? Soal apa?”
“ahmad”
“ahmad mana lagi tuh? Hmm apa dia cowok yang kita tolongin
di menara kemarin? Hmm gue ngerti nih! First sight ya lu ama dia”
“first sight pala lu. Itu kan sama aja zina mata”
“first sight bukan zina dek, kecuali kalo di liatin terus
Itu baru zina. Kenapa sih dek? Kayaknya cowok itu begitu menarik buat lu”
“nggak kok biasa aja”
“ah bohong! Bohong itu dosa loh!”
Keesokkan harinya, wiwi kembali menemui laki-laki yang
pernah ia dan kakaknya tolong. Tapi saat itu, terlihat laki-laki itu lebih
depresi dari pada kemarin. Ia bahkan melepas selang infusnya dengan paksa
hingga tangannya berdarah
“ hei apa yang kau lakukan? Tangan mu berdarah” ucap wiwi
hendak membersihkan luka di tangannya namun dicegahnya
“berhenti disitu! Terimakasih telah menyelamatkan hidup
saya. Tapi seharusnya anda membiarkan saya mati saja dari pada harus menerima
kenyataan bahwa pacar saya telah meninggalkan saya untuk orang lain”
“apa? jadi kau mau bunuh diri Cuma gara-gara itu? “
“tentu saja! ternyata memang tidak ada yang bisa mengerti
perasaan saya”
“jelas saja! kau tau? Kau itu terlalu lebay. Melakukan hal
konyol untuk wanita yang belum tentu akan menjadi istrimu kelak bukankah itu
hal yang sangat konyol”
“bicara itu memang mudah! Tapi saya yang mengalaminya, jadi
hanya saya yang tau betul rasanya ditinggal kan seseorang yang sangat berarti
untuk kita”
“kau tau? Jika aku menjadi dirimu. Aku tidak akan pernah
melakukan hal konyol seperti yang kau lakukan. Karena apa? karena aku takut
kepada Tuhan. Memangnya kau tidak takut masuk neraka?. Kemarin, aku lihat kau
menyimpan Al-quran di dalam tas mu. Apakah kau pernah membacanya? di dalamnya
segala hal di jelaskan bukan?”
Mendengar ucapan wiwi laki-laki itu hanya diam. Ia lalu
terdudk di lantai sambil menutupi wajahnya. Ia terlihat benar-benar frustasi
saat itu.
“istirahatlah. Aku akan segera memanggil perawat untuk
memasang infus mu” ucap wiwi hendak keluar dari ruang rawat laki-laki itu. tapi
saat ia hendak pergi ia di cegat oleh seseorang
“maaf” ucap wiwi bingung pada pria paruh baya yang mencegat
jalannya.
“assalamualaikum” ucap pria itu seraya tersenyum pada wiwi
“waalaikumsalam” jawab wiwi masih dengan tampang bingung
“Anda dokter wiwi kan? saya adalah ayah dari Naufal”
“iya pak saya wiwi tapi Naufal itu? Oh maksud anda Ahmad”
“ya! nama saya Ahmad Naufal” jawab Naufal yang tiba –tiba
saja tersenyum memelas ke arah ayahnya agar ia bisa segera pulang. Tapi ayahnya
malah membuang muka dan terus mengobrol dengan wiwi
“ o iya dok kira-kira sampai kapan ya Naufal akan dirawat
disini? Saya ingin anak saya benar-benar pulih. Jadi walaupun harus sampai satu
minggu juga tidak masalah.”
“wah tidak perlu sampai seperti itu pak. Besok juga sudah
bisa pulang ahmad eh naufalnya”
“yah padahal saya ingin Naufal lebih lama disini agar bisa
bertemu terus dengan dokter wiwi”
“tapi naufal bukan pasien saya pak. Saya memang hanya
menolong dia di menara. Tapi dia sama sekali bukan pasien saya, dia adalah
pasien teman saya”
“assalamualaikum” ucap farid yang langsung saja datang
karena mendengar kehadiran wiwi
“waalaikumsalam” jawab semua yg ada diruangan itu
“nah itu dokternya!” ucap wiwi seraya menunjuk kearah farid
“ada apa ini?” tanya farid bingung karena memang tujuan
awalnya hanya ingin bertemu dengan wiwi
“ini ayahnya Naufal” seraya mengarahkan telapak tangannya
kearah ayah Naufal “ ini dokter Farid yang menangani Naufal, jadi jika ada yg
ingin anda tanyakan mengenai keadaan Naufal silahkan tanya saja pada dokter
Farid. Ya sudah kalau begitu, saya permisi ya Assalamualaikum”
“waalaikumsalam” ucap Ayah Naufal yang terus menatap wiwi
sedangkan farid hanya menatapnya dengan penuh curiga
“kalau begitu saya juga permisi pak, assalamualaikum”
“ya dok silahkan, waalaikumsalam”
Malam itu sepulangnya dari rumah sakit, seperti kebiasaannya
setiap hari Naufal mengajari anak-anak
di masjid dekat rumahnya untuk mengaji. Selepas mengajari mereka mengaji,
Naufal lalu meninggalkan masjid itu. akan tetapi, ia tak langsung pulang. Malam
itu, ia sengaja menemui wilda dirumahnya. Sebelumnya, ia dilarang oleh papa
wilda untuk menemui putrinya. Namun, ketika Naufal mengatakan bahwa ia akan
segera di jodohkan. papa wilda pun mengizinkannya
“papa bilang kamu akan di jodohkan”ucap wilda memecah
keheningan
“iya. Tapi aku kesini bukan untuk itu. aku kesini untuk
mempertanyakan perasaan kita berdua”
“aku tidak mungkin untuk memutar arahku dan kembali padamu”
“kenapa tidak?”
“berapa kali harus aku jelaskan? Papa berhutang pada ayah
Benny dan aku harus melunasi hutang papa dengan menikah dengan Benny”
“tidak kah kamu berfikir tentang aku wil?”
“jodoh, maut, rezeki semuanya itu ada di tangan Tuhan. Kalau
kamu percaya kepada Tuhan kamu gak akan Cuma memikirkan perasaan kamu saja”
***
“Setelah pembicaraan dengan wilda di menara saat itu, Naufal
benar-benar merasa kehilangan harapan dari cinta sejatinya. Naufal dan wilda
sudah memang lama pacaran yah kurang lebih sejak mereka SMA dan hari dimana
Naufal di selamatkan dari menara saat itu adalah hari dimana Naufal berencana
untuk melamar wilda. Tapi sayang, wilda malah meninggalkannya. Saya pun
mendapat kabar bahwa ada seorang gadis yang menyelamatkan hidup Naufal kala
itu, gadis itu pun selalu menjenguk Naufal setiap harinya karena itulah saya
mulai berfikir jika putra saya berjodoh dengan gadis itu pak ustadz”
“oh jadi seperti itu ceritanya”
“iya pak ustadz, jadi saya harap bapak mau menerima lamaran
dari anak saya untuk anak bapak” ucap ayah Naufal dengan nada memelas
“assalamualaikum” ucap seorang wanita datang lalu segera
menyalami seorang laki-laki paruh baya dengan peci hitam dan baju koko yang
khas dengan sapaan pak ustadz itu
“waalaikumsalam” jawab dua orang laki-laki paruh baya itu
“o iya wi, kenalkan ini pak Rahman. Ayah pria yang akan
melamar kamu”ucap sang ayah sambil memperkenalkan pria di hadapannya
“apa??” ucap wiwi sangat kaget karena ia tau persis siapa
orang yang ada di hadapannya itu dan itu berarti orang yang akan di jodohkan
padanya adalah...
“loh kenapa kaget toh?”tanya sang ayah
“emm tidak!!” jawab wiwi agak gugup, tapi kemudian ia
mencoba untuk menenangkan dirinya” begini yah, wiwi ingin bertemu dengan dia
besok?”
“lo kenapa begitu?” tanya ayahnya bingung
“karena sepertinya dia tidak akan menerima wiwi begitu saja”
ucap wiwi sambil menatap kearah pak Rahman
Keesokkan harinya wiwi dan Regen sudah bersiap-siap untuk
menemui pria yang akan di jodohkan dengannya. Mereka sengaja berangkat sore
supaya bisa tiba di sana tepat pada saat sholat magrib, sehingga mereka bisa
berbincang-bincang di masjid.
“disini masjidnya” tanya regen pada wiwi yang masih celingak
celinguk
“iya sih, kata pak rahman gitu”
“ya udah, gue wudhu dulu ya”
“ oke”
Setelah Regen pergi, wiwi lalu segera masuk kedalam masjid
untuk bersiap-siap sholat. Tak lama kemudian terdengarlah suara lantunan adzan
dari tempat imam yang mengelilingi seluruh area sekitar masjid. Suara itu
benar-benar sangat merdu bahkan sempat membuat wiwi terdiam sesaat. Wiwi
sebenarnya sangat penasaran pada orang yang sedang adzan itu. tapi sayang,
pembatasnya sudah terpasang.
“haduh mikir apa sih gue” batin wiwi lalu segera duduk di
sab paling depan
Setelah menyelesaikan sholat magribnya, wiwi lalu segera
duduk di teras masjid untuk menunggu sang kakak. Tak lama kemudian, Regen
datang bersama seseorang.... DEG!!!
“ini... perasaan apa?”batin
wiwi saat melihat orang yang datang bersama Regen
“assalamualaikum”ucap keduanya pada wiwi
“waalaikumsalam”
“o iya dek, kenalin ini Naufal. Lu ingetkan? Cowok yang
waktu itu kita tolongin dimenara. o iya dia juga yang tadi adzan loh!, asli keren
banget suaranya” jelas regen panjang lebar sedangkan wiwi hanya tertunduk dan
berusaha menyingkirkan pandangannya dari Naufal
“haha saya ingat kok bang. Saya juga kenal sama dokter wiwi
ini”
“oh udah saling kenal. Bagus deh kalau begitu. Eh dek, mana
cowok itu?”tanya Regen yang benar-benar membuat wiwi mati gaya
“eh anu.. sepertinya dia tidak datang. Mendingan kita pulang
sekarang deh bang”
“oh gitu. Eh fal lu mau bareng gak?” tanya Regen lagi
“nggak deh bang. Saya mau ngajarin anak-anak ngaji dulu baru
nanti pulang”
“oh oke duluan ya. Assamualaikum”
“duluan fal assamualaikum”
“waalaikumsalam”
Sepanjang perjalanan pulang, wiwi hanya terus melamun dan
diam. Regen yang melihat hal itu pun mulai khawatir karena adiknya yang
biasanya sangat cerewet saat itu tiba-tiba hanya diam saja
“lu kenapa sih? Mikirin cowok yang gak dateng itu?” tanya
Regen membuka keheningan
“sebenarnya dia adalah cowok itu bang” jawab wiwi pelan
“hah dia? Dia siapa? Ah jangan-jangan si Naufal ya? Wah asik
banget kalo gitu. Gue lebih setuju lu sama Naufal dari pada dokter yang hobi
deketin lu tapi gak berani ketemu ayah”
“ngomong apa sih lu? Lagian dia udah punya cewek, Cuma
gara-gara ceweknya mau nikah sama orang lain. Dia terpaksa deh nerima
perjodohan dari ayahnya”
“what? Maksud lu, lu bakal jadi pelariannya tuh cowok”
“gak lah. Belum tentu juga kan gue bakal nerima lamaran dia.
Ta’arufan aja belom”
“alahhh, lu jangan bohong sama abang lu ini. Dari yang gue
liat, lu suka kan sama tuh cowok”
“apaan sih. Ngawur!! Pokoknya lu liat aja entar ya. Gue gak
bakalan biarin diri gue ini jadi pelarian siapa pun ngerti!!”
“yah, dia ngambek”
“terserah!!!”
***
“fal.. udah siap?”
“yah, apa ayah bahagia?”
“tentu dong nak. Memangnya kenapa kamu tanya seperti itu?”
“asalkan ayah bahagia itu sudah cukup bagiku. Aku tidak
mengingikan kebahagiaan lainnya”ucap Naufal sambil terus menatap bayangannya di
dalam cermin
“lupakanlah gadis itu fal”
Mendengar ucapan ayahnya, naufal hanya terdiam. Ia lalu
menatap kearah ponselnya. Di ponsel itu terdapat sebuah foto. Foto itu adalah
foto ia bersama wilda saat mereka SMA dulu. Naufal tersenyum sejenak lalu
segera menekan tombol “delete” pada ponselnya “ayo ayah, aku siap”
Naufal dan Ayahnya lalu segera pergi menuju ke rumah gadis
yang akan di jodohkan dengan Naufal. Setelah beberapa menit berlalu, mereka pun
tiba di tempat tujuan mereka. Dengan malasnya, Naufal pun terpaksa untuk turun
dari mobil dan segera menemui calonnya. Saat masuk kerumah tersebut, Naufal dan
Ayahnya langsung di sambut dengan sangat ramah oleh si empunya rumah
“begini pak ustadz, sebagaimana yang telah saya katakan
kemarin. Saya ingin meminang anak bapak untuk putra semata wayang saya ini”
“baiklah pak. Saya akan memanggilkan putri kami dulu” ucap
sang ibu yang hendak berlalu tapi kemudian di cegah oleh Naufal
“tidak usah bu. Saya siap untuk menikah dengan putri ibu.
Bagi saya wajah tidaklah penting, yang terpenting adalah ayah saya bahagia”
Mendengar ucapan Naufal, semuanya sangat bingung tapi
kemudian terdengar seseorang yang berkata “tapi saya tidak bisa menerima kamu”
Semuanya pun segera
tertuju pada si empunya suara, betapa terkejutnya Naufal mengetahui bahwa gadis
yang akan di jodohkan dengannya ternyata adalah dokter wiwi
“wiwi! Apa yang kamu maksud?” tanya ayah dengan nada yang
meninggi
“mulai minggu depan wiwi ditugaskan ke sebuah pulau ayah.
Jadi tidak mungkin bagi wiwi untuk menerima pinagan itu”
“kalau begitu beri saya waktu selama seminggu untuk
membuktikan jika saya pantas untuk kamu”
“baiklah kalau begitu 6 hari. Buktikan jika kamu pantas
untuk saya. Jika kamu berhasil saya akan membatalkan keberangkatan saya tapi
jika tidak, jangan pernah lagi menemui saya karena saya tidak ingin siapa pun
menganggap saya sebagai pelarian!”
“baiklah saya setuju”
Akhirnya mulai besok, Naufal pun mulai beraktifitas seperti
biasanya hanya saja kali ini ada yang mengawasi aktifitasnya yaitu kedua
kakaknya wiwi, Danar dan Regen. Setiap hari Danar dan Regen selalu
berbincang-bincang dengan pria yang akan menjadi pasangan hidup adik mereka itu, begitu pun sebaliknya
Naufal pun mulai sering bertanya tentang wiwi, sepertinya Naufal mulai menyukai
wiwi.
“ o iya fal sebenarnya lu gak perlu capek-capek kayak gini
sih” ucap Regen membuka pembicaraan diantara dirinya, Danar dan Naufal
“kok gitu sih bang?”tanya Naufal bingung
“tau nih sok tau lu gen” ucap Danar yang masih sibuk mencari
Hadiah untuk Naufal berikan kepada wiwi
“ iyalah emang gue tau kok. Lu tau gak? Waktu gue nemenin
wiwi ketemu sama Naufal di masjid waktu itu kelihatan banget kok dari sikapnya
wiwi kalo dia suka sama Naufal”
“wah serius lu gen. Asikk kalo gitu mah”
“ah abang, ngawur aja. O iya gimana kalo jilbab ini” seraya
menunjukkan jilbab berwarna merah muda pada Regen dan Danar
“hmm..fal lu sebenarnya tau gak sih warna kesukaannya wiwi”
tanya Danar dengan wajah serius
Mendengar hal itu, Naufal hanya menggeleng seraya tertunduk
“ dia gak suka merah muda ya?” tanya Naufal dengan nada lirih
“nggak kok, merah muda malah warna favorinya wiwi banget”
ucap Danar yang berhasil membuat garis senyum lebar pada wajah Naufal
“kayaknya kalian emang jodoh deh. Gak saling mengenal pun lu
tetap bisa milih yang wiwi suka”
“alhamdulillah. Semoga aja wiwi adalah pilihan terbaik buat
saya ya bang” ucap Naufal seraya tetap tersenyum memikirkan gadis yang kini
mengisi hatinya
***
Hari ini merupakan hari terakhir yang wiwi berikan kepada
Naufal untuk membuktikan dirinya. Hari ini Danar dan Regen sengaja menemui
Naufal di rumahnya tanpa memberi tahunya terlebih dahulu. Mereka bahkan
mengajak wiwi karena katanya wiwi ingin memberikan masakan yang ia buat untuk Naufal
sebagai tanda ucapan terima kasih atas jilbab yang Naufal berikan kepadanya.
Akhirnya setelah beberapa menit perjalanan mereka pun tiba dirumah Naufal. Tapi
pada saat mereka ingin menghampiri Naufal yang tengah duduk diluar rumah,
tiba-tiba saja seorang gadis datang dan langsung memeluk Naufal. Naufal
sebenarnya merasa risih, tapi ia terpaksa membiarkannya karena gadis itu
menangis
“hei kenapa berhenti wi?” tanya Regen pada wiwi karena wiwi
tiba-tiba saja berhenti
“itu” ucap wiwi seraya menunjuk kearah Naufal
“astagfirullah... anak itu” ucap Regen yang hendak
menghampiri Naufal namun ditahan oleh
Danar
“sudah-sudah sebaiknya kita pulang. Kasihan wiwi” ucap Danar
seraya merangkul adiknya untuk masuk kemobil
“enggak! Gue gak mau pulang. Gue mau penjelasan dari Naufal
pokoknya” ucap Regen seraya menghampiri Naufal, Danar pun tak bisa menahan
Regen yang sangat marah. Ia hanya membiarkan Regen pergi dan menunggunya
bersama dengan wiwi di dalam mobil
“ASSALAMUALAIKUM!!” teriak Regen yang berhasil membuat Naufal
melepaskan gadis itu
“wa..waalaikumsalam... bang saya bisa jelasin”
“mau jelasin apa lagi? Sekarang gue tanya sama lu, cewek ini
makhrom lu apa bukan? Jawab gue!”
“di..dia mantan gue yang gue ceritain waktu itu. ta..tapi
ini gak seperti...”
“cukup! Ini sudah cukup! Gue gak akan biarin adek gue sama
orang yang gak tau adab kaya lu. Lu tau kan? Meluk orang yang gak mukhrim sama
kita itu dosa. Sudahlah... assalamualaikum” Regen lalu segera pergi dan masuk
kedalam mobilnya yang kemudian melaju dengan sangat kencang meninggalkan
kediaman Naufal
“bang...bang...” teriak Naufal yang hendak mengejar Regen
tapi di tahan oleh Wilda
“aku mau kita balikan fal. Aku sadar kalo Benny bukan orang
yang tepat untukku, Benny kasar dan tidak menghormati ku. Dia bahkan meninggalkan
aku”
“apa? jadi kau dan Benny...”
“kami tidak jadi bertunangan”
“sekarang aku mengerti...”
“hah mengerti? Mengerti apa?”
“jika pasangan kita adalah cerminan diri kita. Dan aku...
aku tidak bisa denganmu wil. Aku sepertinya jatuh cinta pada gadis yang telah
di jodohkan denganku...”
“tapi kenapa? Apa karena dia lebih kaya? Apa dia lebih
cantik dari ku?”
“bagiku dia lebih dari pada kamu dalam segala hal. Tapi
bukan itu yang membuatku jatuh cinta padanya. Aku mencintainya karena Allah. Ya,
Tuhan lah yang telah membuatku sangat merindukannya disetiap malamku”
“jadi?”
“maaf wil” ucap Naufal lalu segera pergi untuk menemui wiwi
di rumahnya
Akhirnya setelah beberapa menit, Naufal pun sampai dirumah
wiwi. Namun bukannya wiwi yang ia temui, malah ia bertemu pak ustadz yang
tampak sangat marah melihat kehadirannya. Melihat hal itu, Naufal pun segera
menjelaskannya kepada pak ustadz tentang wilda. Ia pun mengatakan bahwa ia
ingin segera meminang wiwi karena ia sudah yakin pada perasaannya. Tapi apalah
dayanya, wiwi sudah memutuskan untuk berangkat kepulau dan menolak pinangan
dari Naufal. Wiwi pun meminta agar Naufal tidak menghentikannya ataupun
menyusulnya kebandara karena saat ini emosi wiwi belum bisa terkontrol. Tapi
sebelum ia pergi, wiwi sempat menulis surat untuk Naufal. Naufal pun menerima
surat itu dan segera menyimpannya di saku bajunya lalu ia masuk kedalam
mobilnya untuk menyusul wiwi kebandara. Dalam beberapa menit, Naufal pun sampai
di bandara. ia pun segera masuk untuk mencari wiwi
“WIWI!!!” teriak Naufal yang membuat semua orang menatapnya
dengan tatapan bingung
Naufal terus berteriak sampai kemudian ia menemukan seseorang
yang dari tadi ia cari
“wiwi...” teriak Naufal yang kemudian membuat wiwi berhenti,
tapi saat itu wiwi tidak berani menoleh ke arah Naufal
“saya tidak peduli kamu marah sama saya. Tapi asal kamu tau
saya tidak lagi ingin wilda yang menjadi pendamping hidup saya. Saya hanya
ingin kamu yang menjadi pendamping hidup saya saat ini. Saya mencintai kamu
karena Allah”
“tapi... perasaan gue masih sakit karena lu. Lagipun, gue
gak mungkin membatalkan pekerjaan ini hanya karena lu. Seseorang yang sempat
membuat gue kacau. Jadi maaf fal gue gak bisa. Oh iya satu hal lagi, gue harap
lu bisa berfikir lebih matang lagi sekarang, masih banyak hal yang lebih
berarti selain cinta di dunia ini dan itu juga berarti masih banyak hal yang
harus lu kejar di dunia ini selain gue” ucap wiwi lalu segera membalikkan
tubuhnya untuk menatap pria yang ia sukai itu
“tapi... apa kamu akan membuka perasaan kamu untuk saya?”
“kita lihat saja nanti...ya udah gue berangkat ya dan jangan
lupa baca surat gue, gue pegel tau nulisnya. Ya udah Assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Naufal terus menatap wiwi yang perlahan berjalan
meninggalkannya, tapi kemudian Naufal teringat pada surat wiwi. Ia pun segera
merogoh saku bajunya lalu segera membuka secarik kertas di dalam amplop itu
“assalamualaikum wr wbJujur saja, aku tidak tau bagaimana mengawali segalanya,
tapi sebelum itu bolehkan jika aku tidak menggunakan sapaan “ LU dan GUE” lagi
padamu?. Mungkin ini terdengar lucu
bagimu, sebenarnya bukan hanya buatmu tapi juga buatku. Tapi lupakan saja lah
sebuah prolog karena sepertinya ini akan
lebih mudah jika langsung kepada epilog yang menyimpulkan akhir dari sebuah
kisah karena pada akhirnya, tidak ada yang tau apakah aku benar-benar akan
menerima mu setelah aku kembali dari perkerjaanku. Dan soal dia, aku juga tidak
terlalu peduli apakah pada akhirnya kau akan bersamanya atau tidak. karena aku
yakin hati kita adalah milik Tuhan dan hanya Tuhan lah yang tau kemana hati ini
akan berlabuh. Walaupun begitu aku tak ingin berbohong jika aku diam-diam
berharap padamu. Tapi sepertinya, untuk menunggu seseorang memerlukan hati yang
sangat tabah. Untuk menunggu seseorang tentunya juga sangat tidak mudah. Tapi
jika menunggu bisa membuktikan hati yang tulus, lalu apakah yang harus
dirisaukan dari menunggu?. Walaupun kita menunggu bukan berarti waktu yang kita
punya adalah sia-sia bukan? . Tetapi dengan menunggu berarti kita sedang
bersabar menunggu seseorang yang tepat pada saat yang tepat. Mungkin saja, saat
ini kita sudah menemukan orang yang tepat tapi bisa jadi kita belum berada pada
saat yang tepat. Maka dari itu jangan minta aku untuk mencintaimu dengan cinta
manusia, karena manusia itu gampang berubah. Tapi doakanlah agar aku senantiasa
mencintai Allah karena Allah akan mengajariku cara mencintaimuWassalamualaikum wr wb”
SELESAI