Rabu, 19 April 2017

CERPEN

CINTA DALAM DIAM




JUNI 2014...
Kali pertama aku melihatnya,
Dia begitu berbeda,
Entah apa yang membuatku tertarik padanya,
Tapi hatiku hanya tertuju padanya....
.
.
.
“eh vi... lo liatin apa sih dari tadi?”sapa sahabatku tiba-tiba yg membuatku sangat kaget
“nggak bukan apa-apa kok. Ada apa des?”tanyaku lalu segera mengalihkan pandanganku dari orang di seberang kelas yg terus saja ku pandangi
“lo ini!!! Jadi dari tadi lo gak dengernya apa kata kakak kelas? Kita disuruh ngumpul di aula sekarang untuk acara penutupan mos”
“alamakkk... gue gak denger des!!! Duh untungnya ada lo. Ya udah ayo” ucapku lalu segera berjalan meninggalkan Dessy
“sial tuh anak!! Gue yang kasih tau malah gue yang di tinggal...”umpat Dessy pada ku
Tak lama kemudian, aku pun tiba di depan pintu aula sekolah. Saat itu aku hanya sendiri ke aula karena Dessy harus segera mengurus beberapa keperluan di tata usaha. Tanpa berfikir lagi, aku pun langsung masuk dan betapa terkejutnya aku  karena saat itu aku malah menjadi sasaran empuk kakak kelas di acara penutupan mos
“nah itu si adek yang baru datang maju kedepan” teriak seorang kakak kelas seraya menunjuk ke arah ku
“aduh cobaan macam apa ini!!” batinku lalu segera maju ke depan dengan berat hati
“nah... nama kamu siapa?”tanya seorang kakak kelas padaku
“nama saya silvi kak”jawabku sopan
“oke silvi sekarang kamu berdiri di depan dia ya” ucap si kakak sambil mengaturku tepat di hadapan seorang anak laki-laki yang tengah berdiri sambil memegang bunga
“haduh acara penutupan macam apa ini.... tapi tunggu dulu... anak laki-laki ini kan.... yang tadi ya”batinku sambil menatap dalam orang di hadapanku
Dan kemudiaan DEG!!!
“will you marry me?”ucapnya tiba-tiba yang membuatku mati gaya
“ini cowok ngomongnya ngawur...tapi kok gue deg-degan ya. Dasar gue... pubernya kambuh”batinku lagi
Tapi tiba-tiba seorang kakak kelas berteriak
“jawab dong dek.. jangan diam aja”teriaknya padaku yang membuatku asal jawab
“yes i will”jawabku spontan
Mendengar jawabanku semuanya bertepuk tangan dan berakhirlah acara Mos masa SMA ku...
Namun perasaanku seakan tidak berhenti begitu saja... sejak kejadian itu, seperti sebuah takdir aku selalu saja bertemu dengannya. Entah itu di kantin,koridor,ruang guru ataupun perpustakaan. Dan konyolnya aku merasa perasaan yang berbeda padanya, seseorang yang tidak pernah aku tau namanya...
.
.
.
JULI 2015
Sebuah mawar tanpa nama,
Harumnya begitu mengusik hatiku,
Ku pikir aku suka mawar itu,
Tapi tak sedikit pun aku berfikir untuk memilikinya,
Karena aku terlalu takut,
Aku takut terluka karena duri yg ada padanya.
.
.
.
“vi kamu bisakan tolong ibu untuk memasukkan lembar ini ke rapot?”tanya Bu Yuli padaku
“siap bu. Eh tapi bu...lah ibunya malah pergi. Ini gimana ya... kertas depannya itu masuk sekolah atau keluar sekolah dulu” ucapku bingung namun tiba-tiba seseorang muncul di hadapanku
“kertas yang masuk duluan”ucapnya padaku lalu segera pergi yang membuatku bingung pada ucapannya. Aku hanya terdiam bingung dengan tidak mengindahkan ucapannya karena aku memang mencoba untuk tidak memikirkannya
Tapi tiba-tiba
“loh vi kok belum selesai juga... kan tadi udah ibu suruh dimas kasih tau kamu kalau kamu bingung cara memasangnya”
“dimas?”tanyaku bingung. Tapi kemudian aku teringat padanya”oh iya ibu. Saya pasang sekarang”jawabku seraya memasukkan kertas tersebut kedalam rapor
“ o iya vi. Kalo udah selesai tolong anter ini ke dimas ya. Bilang suruh dia kembaliin kalo udah selesai”
“iya bu”jawabku sambil menerima dua buku tebal dari bu Yuli
“jadi dimas suka baca ya”ucapku dalam hati seraya tersenyum”berbeda sekali dengan gue yang gak suka baca”tambahku seraya kembali mengingat wajahnya di dalam pikirku....
Tapi setelah melamun sejenak aku sadar
“tidak.. ini salah...”batinku melawan”tidak baik memikirkan laki-laki yang bukan mahram dengan kita. Tapi gue juga gak bisa berhenti dan mengatur perasaan yang gue rasakan ke dimas”
Akhirnya dengan perasaan yang belum juga jelas arahnya aku sampai di depan kelas Dimas. Kulihat Dimas tengah mengajari beberapa anak perempuan untuk mengerjakan soal. Dimas, walaupun di kelilingi dengan banyak perempuan dia begitu sopan dan juga menjaga jarak kepada mereka. Mungkin itu yang sejak awal membuatku menyukai sosok Dimas. Entah ini rasa suka atau bukan... aku harus bisa menjaga hatiku
“eh na...”panggilku pada seorang gadis yang hendak masuk ke kelas
“eh silvi. Ada apaan?”tanyanya padaku
“gue nitip ini ke dimas ya”
“eh apaan nih? Jangan-jangan lo naksir dimas ya?”tuduhnya padaku yang membuatku mati gaya
“apaan sih lo!! Ya enggak la. Ini itu dari bu Yuli, katanya kembaliin kalo udah selesai”ucapku setenang mungkin agar Dhina tidak curiga padaku
“oh kirain lo naksir si dimas. Ya udah, gue sampein ya.. dadah bu hajah assalamualaikum”ucap Dhina lalu segera berlalu
“waalaikumsalam... dasar Dhina omongannya bener-bener deh”
Jadi, aku sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengan Dimas. Menjauhinya walau hati ingin melihatnya. Jujur, aku tidak pernah berfikir untuk memilikinya. Melihatnya sebentar saja aku sudah sangat tenang. Tapi aku takut ini bukan rasa cinta. aku takut ini hanya Nafsu belaka walau kadang aku berfikir “apakah aku jatuh cinta?”
.
.
.
APRIL 2017
Perpisahan mungkin adalah akhir,
Tapi perpisahan bukan akhir sebuah cerita,
Ia hanyalah bagian terakhir dari sebuah kisah,
Kisah yang dengan sengaja,
Untuk Tuhan tulis,
Agar kita bisa lebih dewasa .
Aku sangat percaya,
Bagaimana pun akhir dari ceritaku,
Semuanya telah tertulis dengan sempurna,
Sama atau tidaknya dengan keinginan hati,
Yang jelas itu adalah akhir terbaikku.
.
.
.
“dan siswa terbaik untuk tahun ini adalah.... AMANDA SILVIANI”teriak si pembawa acara dengan semangat”baiklah kepada Silvia silahkan naik ke panggung”
Aku lalu berjalan dengan sedikit tertunduk, karena pada dasarnya aku memang seseorang yg pemalu. Aku lalu sampai di atas panggung
“selamat ya vi. Ibu bangga sama kamu”ucap Bu yuli padaku seraya mengalukan medali di leherku
“terima kasih ibuuu”ucapku seraya memeluk Bu Yuli dengan erat


“eh selamat ya vi... lo emang The Best deh”ucap Dessy seraya memelukku
“thanks ya des”
“eh foto-foto yuk”ucap Dessy seraya mencari-cari kameranya
Aku pun menyetujuinya namun tiba-tiba di seberang aku melihat Dimas yg tengah berfoto dengan anak-anak perempuan. Entah mengapa aku merasa sedih, aku tidak bisa mendekati Dimas seperti mereka. Tapi di sisi lain aku juga senang karena keteguhan hatiku...
“udah 3 tahun bahkan sekalipun lo gak pernah ngomong sama Dimas?”ejek Dessy padaku
“pernah kok waktu kami sekelas saat ulangan”
“ya ampun vi itu yg lo sebut ngomong. Dimas yang terus ngoceh dan lo Cuma jawab seadanya... gimana Dimas mau suka sama lo”
“lo ngomong apaan sih? Ya ini gue, gue gak akan ngerubah diri Cuma karena gue suka sama seseorang karena itu sama aja gue ngembohongi dia. Dan gue gak mau bohong”
“lo serius? Terus gimana dengan Dimas?”
“gue percaya, Tuhan gak akan pernah salah memilihkan pasangan untuk kita. Gue emang suka sama Dimas. Terus gue harus apa? Gue gak mungkin pacaran karena pacaran itu mendekati zina lo tau itu kan? Jadi gue berhenti sampai disini. Jika Dimas memang jodoh gue, Tuhan akan punya cara yang sempurna untuk mempertemukan kami. Lagian gue baru lulus SMA. Belum minat buat cari jodoh”
Mendengar ucapanku Dessy hanya diam. Ia lalu memelukku”entah kenapa kata-kata lo itu keren banget dan entah kenapa gue ngerasa Dimas juga suka sama lo. Soalnya dia nitipin ini buat lo”ucap Dessy seraya menyerahkan sebuat kotak berwarna biru padaku
Aku lalu segera membuka kotak itu
“assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Entah lo inget atau gak ini bros yang waktu itu lo jatuhin di dekat bangku di depan ruang guru. Gue liat lo jatuhin ini waktu lo lagi ngobrol sama temen-temen lo. Karna gue tau ini punya lo jadi gue ambil. Sorry baru balikin sekarang. Dan selamat karena udah jadi siswa terbaik
Wassalam...
Raynald Dimas Pratama”
“isinya apa?”tanya Dessy
“bros yang waktu itu ilang. Ternyata ada sama dimas”jawabku seadanya
“terus suratnya”
“yah Cuma tentang bros dan ucapan selamat”
“masa sih? Dia gak ngomong apa-apa lagi?”
“maunya? Ya udah yuk foto-foto”ajakku... sedangkan Dessy tampak kesal dengan jawabanku dan surat pemberian Dimas

Aku memang sedih karena perasaan yang ku miliki padanya tidak bisa aku ungkapkan bahkan setelah 3 tahun berlalu. Aku bahkan takut walau hanya untuk menyapanya. Tapi kemudian aku sadar, mencintai dalam diam tidak akan menyakiti hatiku atau hatinya karena aku hanya ingin melihatnya bahagia tanpa harus menahan sakit untuk memilikinya. Yah aku jatuh cinta. Ku pikir ini cinta dan aku harap cinta ini akan menjadi cinta yang tulus karena Tuhan. Cinta yang akan saling menjaga dari segala dosa dan nafsu belaka. Aku bahagia.... aku bahagia mencintaimu dengan diam ku ini.

Selesai

Okeeee sekian cerpen dari gueeeee.... dan selamat menikmati acara perpisahan kalian ya guys...  percayalah, jika perpisahan tidak akan pernah menjadi akhir cerita kita.... hanya saja berpisah adalah cara kita mendewasakan diri dan belajar dari pahit manisnya kehidupan. Dan semoga Silvia dan Dimas bisa bersatu ya wkwk... Tunggu kelanjutannya di Cinta Dalam Diam season 2 *eeeaaa udah kayak sinetron aja* Thanks for reading my story............................................................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar